Wednesday, January 6, 2010

Majemuk


Kawan,

berhentilah menebar kebencian karena perbedaan.

Filsuf Plato mengatakan,

kecemburuan berada di luar penjelasan atas Keilahian.


Kawan,

ramahlah pada orang yang berbeda keyakinan.

Tak ragu memberi ucapan

saat hari raya mereka, meski kau tak merayakan.


Kawan,

hormatilah tempat ibadah yang berlainan.

Sesungguhnya Ketuhanan

tak mengenal tembok-tembok keimanan.


Kawan,

berhentilah mengatakan yang ini kebenaran dan yang itu bukan.

Kuharap engkau mulai berkesadaran,

sudah niscaya, tak semua orang meyakini apa yang engkau katakan.


Kawan,

berhentilah menjajakan keselamatan.

Ketuhanan bukanlah soal pemaksaan dan pengincaran,

sebab orang dewasa berhak memilih di antara semua jalan.


Kawan,

biarkanlah anak-anakmu belajar keberagaman dalam pergaulan.

Berikanlah keleluasaan untuk memilih keyakinan

agar mereka mengetahui ada pembebasan dalam hidup keagamaan.


Kawan,

pahamilah misteri kehidupan, urungkanlah nafsu kekuasaan.

Carilah pencerahan batin sampai ke kedalaman,

dan bukan hanya berenang dengan ayat-ayat di permukaan.


Kawan,

pernikahan berbeda agama bukanlah perzinahan.

Cinta terlalu agung untuk dikotak-kotakkan,

sebab dia mampu meleburkan keakuan, meruntuhkan sekat kebudayaan.


Kawan,

hentikanlah tindak kekerasan, buanglah kutukan,

baik kepada beda agama maupun beda aliran.

Sesungguhnya tiada yang tahu apakah mereka ataukah dirimu yang sesat jalan.


Kawan,

hiduplah bersama-sama dalam semarak kebangsaan.

Negeri ini terlalu besar untuk diamuk pertikaian antar-golongan,

terlalu suci untuk dikobarkan dalam hasutan.


Kawan,

seharusnya agama dapat menjadi sumber damai,

seharusnya agama dapat membuatmu tak hilang akal,

seharusnya agama dapat menjadi rahmat bagi semesta alam,

seharusnya agama dapat membebaskan, bukan mengekang kemanusiaan,

seharusnya... ah, seharusnya...


Aku hanya dapat berdoa untukmu, kawan,

andaikan kita tak saling mendesakkan kepentingan,

andaikan kita duduk bersama dan hangat dalam perbincangan,

andaikan kita dapat bertukar pikiran dan saling memahami,

andaikan kita bisa berkesimpulan yang sama,

andaikan... ah, andaikan...


Oh iya, kawan, berhentilah berteriak-teriak,

sarungkan dulu egomu dan redakan amarahmu yang menyala-nyala.

Soalnya aku punya pesan pamungkas untukmu:

* Tuhan tak perlu dibela, gitu aja kok repot?


Jakarta, 4 Januari 2010


In memoriam Gus Dur, Bapak Pluralisme Indonesia


* Ungkapan khas Gus Dur



No comments:

Post a Comment