Saturday, April 25, 2009

Studi di Belanda, Tiket Masuk ke Komunitas Global


Orang sering menggambarkan Negeri Belanda dengan kincir angin, bunga tulip, sepatu kayu (klompen), lukisan Vincent van Gogh, sepeda, dan keju Edam. Tetapi ketika saya di bangku SD pertama kali mendengar tentang negara itu, saya justru takjub karena orang-orang di sana hidup di bawah ketinggian air laut. Nalar saya saat itu belum cukup bisa menangkap apa maksudnya. Tetapi ketika sudah semakin mengerti ilmu bumi dan fisika, saya baru memahami sepenuhnya. 

Negeri mereka, “Netherlands”, secara harfiah memang berarti “Tanah Rendah”. Negeri itu memiliki dataran yang rendah dan flat karena persis terletak di delta sungai-sungai besar di Eropa. Laut Utara yang ganas pada musim tertentu dapat mengirim banjir yang dahsyat bagi dataran negeri itu. Apa yang membuat saya takjub adalah bahwa orang Belanda mau memutar otak untuk membuat teknologi penangkal banjir. Mereka menemukan cara untuk mengakali air bah dengan penghalang raksasa yang disebut The Delta Project. Tapi teknologi ini bukan sekadar tanggul banjir biasa. Teknologi ini merupakan suatu pengaturan air secara luas di seluruh negeri itu, yang juga termasuk pembangunan kanal-kanal, kolam-kolam (polders), dan aliran sungai yang terjaga dengan baik. Pasti butuh niat besar untuk membangun itu semua...dan tentu saja butuh sangat banyak dana untuk membiayainya. Saya pun mencari akarnya. 

Pelopor Multi-National Company

Sejak awal abad ke-17, Negeri Belanda telah dikenal sebagai negeri yang cukup maju, karena kemakmurannya ditopang oleh perdagangan internasional. Memang, bagi orang Indonesia, VOC (Verenigde Oost-indische Compagnie/Serikat Dagang Hindia Timur)--yang akrab dipanggil dengan istilah “Kompeni”--meninggalkan kenangan yang buruk akan penjajahan di masa lalu selama 350 tahun. Namun, setelah era kolonialisme lewat, Negeri Belanda tetap menjadi pemain terdepan dalam perdagangan internasional. 

Perekonomian Belanda dibangun berdasarkan orientasinya yang internasional dan inovatif, serta letaknya yang strategis di jantung benua Eropa. Pelabuhannya yang terbesar, Rotterdam, adalah pintu masuk ke benua Eropa. Rotterdam juga sempat menjadi pelabuhan terbesar di dunia, setelah akhirnya pada tahun 2004 posisi tersebut diambil alih oleh pelabuhan Shanghai, Cina. Karena Rotterdam pula, Belanda memantapkan posisi sebagai satu di antara sepuluh negara pengekspor terbesar di dunia. Meskipun saat ini perekonomian dunia sedang diguncang prahara akibat krisis di Amerika Serikat, ekonomi kapital Belanda tetap bertahan lewat perusahaan-perusahaannya yang telah mengglobal, yaitu Shell, Unilever, Philips, ING, ABN-Amro, dan lain-lain. 

Cermin komunitas global

Sebagai konsekuensi terlibat dalam perdagangan internasional selama berabad-abad, masyarakat Belanda pun telah terbiasa bergaul dengan orang-orang dari seluruh penjuru dunia. Budaya-budaya non-Eropa pun turut memberikan warna-warni bagi kebudayaan Belanda. Tempat-tempat ibadah seperti gereja, mesjid, sinagog, berdiri berdampingan, dan orang-orang dari berbagai suku bangsa berbaur dengan bebas. 

Karena memiliki ikatan kesejarahan di masa lalu dengan Belanda, komunitas orang Indonesia pun termasuk yang cukup besar jumlahnya di sana. Sangat mudah untuk menemukan makanan Indonesia, serta warisan budaya seperti artefak-artefak masa lalu yang dahulu dibawa ke Belanda. Selain Indonesia, Belanda juga ramai dengan imigran dari negara-negara Asia dan Eropa lainnya, Afrika, dan Amerika Latin. Semua dengan tujuan yang berbeda-beda, latar belakang yang berbeda-beda, dan generasi yang berbeda pula. Inilah mengapa Belanda juga disebut sebagai negara yang multikultural. Negara pendiri Uni Eropa ini melindungi kemajemukannya lewat Pasal 1 dalam Undang-Undang Dasarnya, bahwa semua orang di Belanda tidak boleh didiskriminasi atas dasar apapun. Inilah ketegasan hukum Belanda, negara yang juga menjadi tujuan bagi para ahli hukum dan advokat di seluruh dunia yang ingin memperdalam bidangnya. 

Belajar di Belanda, berinteraksi dengan dunia

Satu bukti yang menonjol bahwa pendidikan di Belanda bertaraf internasional adalah bahwa program studi internasionalnya diadakan dengan menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar. Belanda adalah negara pertama yang tidak berbahasa Inggris sebagai bahasa resminya, namun membuka 1000 program berbahasa Inggris untuk mahasiswa internasional. Mereka yang berminat belajar di Belanda pun tak usah berpikir dua kali apakah mereka harus belajar bahasa Belanda dahulu atau tidak, karena mereka bisa mengikuti seluruh perkuliahan dengan bahasa Inggris. 

Jayati Samanti, mahasiswi asal India yang belajar Ilmu dan Teknologi Lingkungan Hidup di Institut UNESCO-IHE untuk Pendidikan tentang Air di kota Delft, memiliki alasan utama yang memperkuat gambaran pendidikan Belanda sebagai pendidikan yang berwajah internasional. Dia melihat bahwa “mahasiswanya datang dari seluruh dunia, dan lembaga seringkali mengundang dosen-dosen tamu dari negara lain sehingga kita bisa belajar tentang apa yang terjadi di tempat lain.” Dia juga menjelaskan bahwa para profesor tersebut akan menghabiskan waktu untuk mahasiswa, kapan pun mahasiswa memerlukan mereka. 

Hal yang juga tak kalah menarik adalah bahwa keseribu program studi internasional tersebut mencakup bidang-bidang yang amat luas. Kurikulumnya intensif, selangkah lebih maju, dan berorientasi praktek, yang dirancang khusus untuk memenuhi kebutuhan mahasiswa yang ingin memperdalam ilmu pengetahuan yang paling khusus sekalipun. Hal ini juga diiyakan oleh Andy Suhartono, mahasiswa Indonesia yang belajar di bidang Manajemen Usaha Kecil & Pengecer, di Universitas Inholland Pendidikan Profesional, Haarlem: 

“Saya sangat terkejut dengan sistem belajar di Belanda. Semua programnya sangat kekinian dan Anda harus belajar tentang teknologi terbaru di dalam industri tersebut. Walau begitu, programnya tidak hanya mengembangkan pengetahuan saya, tetapi juga membuat saya menyalurkan keahlian saya ke dalam praktek. Belajar di Belanda membuka pikiran Anda dalam banyak hal juga, dan saya sekarang belajar untuk tumbuh dan hidup secara mandiri di sini.” 

Kenapa pendidikan di Belanda bisa mendapatkan penghargaan yang cukup tinggi di mata internasional? Hal ini tumbuh karena Belanda menjaga kualitas pendidikannya dengan sistem regulasi nasional dan jaminan atas kualitas masing-masing program. Pendidikan Belanda juga terkenal di seluruh dunia dengan sistem belajarnya yang berpusat pada pemecahan masalah. Mahasiswa dilatih untuk menganalisis dan mencari solusi atas sebuah masalah secara mandiri. 

Dari sistem pendidikan yang berkualitas dan bertaraf internasional tersebut, mahasiswa dapat pula mengambil keuntungan lain yang berupa keterbukaan dalam berpikir. Mahasiswa yang belajar di Belanda didorong untuk berpikir secara mandiri dan inovatif, inilah yang menyebabkan betapa prinsip “be yourself” dan sikap percaya diri dihargai dalam masyarakat Belanda. Ji Jing, mahasiswi asal Cina yang sempat berkuliah di bidang Hukum Bisnis Internasional, Universitas Leiden, menggambarkannya dengan tepat: 

“Di Cina, pemikiran orang kadang-kadang terbatas, tetapi di sini mata kita terbuka ke seluruh penjuru dunia. Saya sangat bisa menjadi diri sendiri di sini dan merasa diterima. Di Belanda, orang menerima Anda sebagaimana adanya Anda; setidaknya, itulah pengalaman saya. Bonus tambahan yang saya dapatkan adalah bahwa saya menjadi lebih percaya diri berbicara bahasa Inggris. Saya yakin bahwa kepercayaan diri yang baru ini akan membantu saya dalam karier profesional saya ke depannya.” 

Menjadi terbuka, mandiri, dan inovatif dalam berpikir. Itulah yang ditawarkan melalui studi di Belanda. Ciri-ciri tersebut adalah tiket yang harus kita bawa untuk bisa masuk ke komunitas global dan berinteraksi dengan masyarakat dunia. Buat saya, hal tersebut sudah menjadi jawaban bagi mereka yang selalu mengatakan bahwa tidak ada hal positif yang bisa dipelajari dari mantan penjajah. 

 

Referensi:

Why Study in Holland (http://www.studyin.nl)

Ministerie van Buitenlandse Zaken (http://www.minbuza.nl)

2 comments:

  1. memang, belanda adalah plopor multi national company dgn voc'nya.. bahkan apabila kita dapat lebih kritis lg, secara historis, negara indonesia pada jaman dahulu kala dijajah oleh sebuah perusahaan dan bukan negara..

    kalau dipikir" tidak jauh beda dengan sekarang ;)

    yang paling saya kagumi dari org" belanda adlh 1 hal, mereka secara filosofis adalah pencinta keindahan, dan itulah yan membuat mrk berusaha membuka wawasan mrk..

    hal itu sangat terlihat dari karya" sastra indonesia lama, di mana banyak yang secara simpatik melihat bahwa bangsa belanda sangat" menyukai kebudayaan indonesia dan sangat bersungguh" dlm mendalaminya..

    ReplyDelete
  2. bgs sekali grace kamu menulis ttg belajar di ngri blda dan sistem prkln disana sangat independen,oiya aku jadi ingin belajar juga mengenai ngri belanda scr menyeluruh,dan bila suatu saat itu tiba aku akan pergi ke ngri di mn kamu belajar.

    ReplyDelete